Kudeta Jepang di Indochina Prancis | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Teater Asia Tenggara pada Perang Dunia II | |||||||
Pasukan kolonial Prancis melintasi perbatasan Tiongkok pada masa Kudeta Jepang Maret 1945 | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kekaisaran Jepang |
Dukungan udara: Amerika Serikat | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Yuichi Tsuchihashi Saburo Kawamura |
Jean Decoux (POW) Eugène Mordant (POW) Gabriel Sabbatier | ||||||
Kekuatan | |||||||
55.000 | 65.000[Note A] | ||||||
Korban | |||||||
~ 1.000 tewas atau terluka |
4.200 tewas[Note B] 15.000 ditangkap atau diasingkan[Note C] |
Kudeta Jepang di Indochina Prancis, yang dikenal sebagai Meigo Sakusen (Operasi Bulan Purnama),[3][4] adalah sebuah operasi Jepang yang terjadi pada 9 Maret 1945 sampai akhir Perang Dunia II. Dengan pasukan Jepang kalah perang dan ancaman invasi Sekutu ke wilayah Indochina, Jepang bangkit melawan pasukan kolonial Prancis.[5]
Meskipun Prancis telah mengantisipasi serangan, Jepang berhasil melakukan kampanye militer melawan garnisun-garnisun di seluruh koloni tersebut. Prancis kehilangan pertahanan dan seluruh garisun melarikan diri dengan beberapa di antaranya kabur ke Tiongkok Nasionalis.[2] Jepang menggantikan para perwira Prancis, dan secara efektif melepaskan kontrol mereka atas Indochina. Jepang kemudian mengambil alih dan membentuk Kekaisaran Vietnam, Kerajaan Kamboja dan Kerajaan Laos yang berada di bawah kepemimpinan mereka melalui kehadiran militernya dan bersiap sedia akan invasi potensial yang dilakukan oleh sekutu.[6][7]